Kerangka berpikir dalam memilih pemimpin negara

Eskalasi Rasa
5 min readFeb 9, 2024

--

Photo by Element5 Digital on Unsplash

Pemilu ada bukan untuk memilih yang terbaik, tapi untuk mencegah pemimpin terburuk berkuasa.” ucap Romo Franz Magnis-Suseno.

Pertama kali saya dengar beliau mengatakan kalimat tersebut di acara podcast Endgame milik pak Gita Wirjawan.

Dengan pengaplikasian konteks di atas untuk kasus pilpres Indonesia 2024, dengan adanya 3 kandidat capres, secara pragmatis bisa kita artikan untuk memilih pemimpin, daripada kita fokus mengurangi 2 dari 3 kandidat, bukannya akan lebih mudah untuk mengeliminasi 1 yang terburuk dari 3 kandidat yang ada.

Memang kalo pemimpin dengan potensi terburuk menjadi penguasa, pengaruhnya apa untuk kita ?

well, untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu memahami tentang apa yang bisa dilakukan seorang presiden di sebuah negara. Dalam buku “Why Choosing a President Can Change a Nation” karya Donella Meadows, Presiden memiliki kekuatan untuk menentukan agenda politik, mengendalikan sumber daya, dan membuat kebijakan yang berdampak besar pada kehidupan rakyat selama masa jabatannya. Bahkan seorang presiden merupakan sebuah simbol negara di mata dunia, artinya pemilihan presiden dapat menunjukkan pada dunia nilai-nilai dan prioritas bangsa untuk 5 tahun kedepan. Jadi kalo sampai kita memilih kandidat dengan potensi terburuk berkuasa, Kemungkinan progres perkembangan dan laju pertumbuhan negara bisa mandek, lebih buruk terjadi chaos.

So, How to choose the right president ? by elliminate the worst candidated first. Dalam hal ini, kita bisa melakukannya menggunakan banyak cara, kebanyakan masyarakat kita masih mengandalkan logika intuitive nya dalam memilih seorang pemimpin, contohnya karena beliau a nice person, gemoy atau berambut putih. Tidak salah, tapi akan lebih baik pakai logika rasional dalam memilih.

Rasional berarti berdasar pada akal sehat dan logika, tidak berdasarkan emosi atau prasangka. Dalam konteks memilih presiden, rasional berarti memilih pemimpin dengan membandingkan satu dengan yang lainnya terhadap kategori atau issue tertentu, mana yang lebih baik itulah yang mungkin akan kita pilih, yang terburuk tentu yang tidak akan kita pilih.

Pada hal ini, kita perlu menentukan kategori atau issue apa yang menjadi keresahan kita dan merupakan hal penting untuk dijadikan pertimbangan dalam memilih presiden. Bisa memilih issue karena menurutmu itu sebagai masalah kritis bangsa, masalah yang tidak pernah selesai dari zaman dahulu atau sesuatu yang menjadi concern issue yang sudah kamu perjuangkan dari lama. Dalam konteks saya sebagai penulis, masalah serius Indonesia dan issue yang penting untuk menjadi pertimbangan dalam memilih presiden (dan perbandingan kandidat satu dengan yang lain) sebagai berikut:

  1. Penanganan Korupsi

CPI (corruption perception index) Indonesia tahun 2022 berada di skor 34/100 (100 sangat bersih dan 0 sangat korup), dengan peringkat 110 dari 180 negara, posisi Indonesia di Kawasan Asia Tenggara menduduki peringkat 7 dari 11 negara.

Di pemerintahan pak Jokowi ada perubahan strategi untuk mengurangi penegakan hukum dan menggeser ke pencegahan korupsi, dibuktikan dengan Revisi UU KPK pada tahun 2019. Tetapi merosotnya skor CPI menunjukkan strategi tersebut tidak berjalan baik.

Krisis korupsi di Indonesia memiliki dampak signifikan terhadap pembangunan kemajuan bangsa di berbagai bidang. Misalnya Ekonomi, membuat investor ragu untuk berinvestasi yang berdampak pada menghambat laju pertumbuhan ekonomi. (Contoh: 1. Bank Dunia: Korupsi di Indonesia merugikan negara hingga Rp 30 triliun per tahun, 2. Ekonom Faisal Basri: Korupsi 1% dari PDB dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi 0,3%). Korupsi juga membuat rakyat tidak percaya lagi kepada pemerintah dan institusi negara (Data: Lembaga Survei Indonesia (LSI): 60% responden tidak percaya dengan pemerintah). Meningkatkan kesenjangan sosial dan menurunkan kualitas pendidikan dan kesehatan karena korupsi. (Data: BPS: 9,54% penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan).

What if, dana yang dikelola bisa lebih efektif tanpa dikorupsi, maka banyak masalah di Indonesia akan bisa teratasi dengan lebih baik. Diperlukan sistem dan perilaku Good Governance untuk merealisasikan hal ini, di imbangi Pemimpin yang kuat dan independent untuk menunjukan sikap anti korupsi.

2. Pendidikan yang adil dan berkualitas

Kurang meratanya akses pendidikan bagi rakyat indonesia secara keseluruhan, dibarengi dengan kualitas pendidikan yang rendah, lengkap menjadi permasalah kronis negara yang harus di atasi dengan segera.

Data BPS menunjukan angka partisipasi pendidikan di usia wajib belajar (tamatan SMA) tahun 2021 menunjukan persentase di angka 85,23%, artinya terjadi ketidak merataan akses pendidikan yang ada di negara kita, masih ada saudara kita yang kesulitan mendapatkan akses pendidikan.

Ditambah mutu dari pendidikan kita masih menjadi PR besar, data PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2018, ada 3 sektor yang dipilih yaitu Matematika, Membaca, dan Sains. Berurutan per sektor Indonesia berada di peringkat 72, 70 dan 72 dari total 79 Negara. Bahkan di lingkup ASEAN kita masih kalah dari negara tetangga kita seperti vietnam, Thailand, Malaysia dan Singapura. Padahal hadirnya pendidikan yang berkualitas dan merata untuk semua masyarakat merupakan salah satu cara untuk mencapai kemakmuran sebuah bangsa.

NB: Partisipasi peringkat PISA hanya dilakukan secara sukarela oleh masing-masing negara, menjadi alasan kenapa hanya ada 79 negara peserta.

3. Ketahanan Pangan

Issue penting terakhir yang menurut penulis perlu untuk dipertimbangkan untuk memilih seorang presiden ialah kebijakannya terkait dengan ketahanan pangan. Seberapa pentingnya issue ini bagi penulis berawal dari bayangan distopia terkait kekacauan dan krisis kemanusiaan di masa depan karena kelangkaan bahan pangan.

Dari Laporan FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations), diperkirakan jumlah penduduk bumi akan mencapai angka 9,7 miliar di tahun 2050 (perbandingan di tahun 2023 ada 8,06 Miliar jiwa), dari peningkatan jumlah yang signifikan tersebut akan bepotensi meningkatkan permintaan pangan sekitar 70%, selain karena terjadi peningkatan jumlah penduduk global, faktor besar pengaruh lainnya karena dampak perubahan iklim yang berpengaruh pada potensi penurunan produksi pangan global di beberapa wilayah.

Menurut Jeffrey Sachs, pakar Ekonom dari Universitas Columbia menyatakan akan ada potensi perang perebutan bahan pangan di masa depan. Negara kaya dan kuat akan memiliki akses yang lebih mudah ke sumber daya pangan, vice versa.

Bayangkan jika pemimpin negara kita bisa membuat grand design untuk menjadikan Indonesia sebagai wilayah swasembada pangan di masa depan, seberapa besar pengaruh Indonesia nantinya terhadap kekuatan geopolitik global. Gambaran ini mirip seperti premis film Indonesia berjudul Foxtrot six, negara swasembada pangan adalah negara yang memiliki pengaruh besar di dunia.

Ketiga issue diatas menjadi concern penulis untuk memilih calon presiden tangga 14 Febuari 2024 nanti. Tentu, pemilihan issue bersifat personal option, jadi bisa disesuaikan dengan keresahan masing-masing.

Langkah selanjutnya setelah memilih kategori / issue yang menjadi prioritas, kebijakan terkait dari masing-masing calon bisa kita ikuti lewat penjabaran visi-misi, sewaktu kampanye atau track recordnya. Sekarang kita juga bisa lihat resume profil masing-masing kandidat lewat platform Bijak Memilih. Go dive into data there !

Source by post feed IG @abigailimuria (Co-founder Bijak Memilih).

Pada akhirnya vote kita memang hanya akan dihitung sebagai 1 suara saja, tetapi itu akan jadi investasi berharga masa depan bangsa dan bentuk tanggung jawab kita untuk demokrasi yang berkualitas.

Terimakasih telah membaca,
Eskalasi Rasa by Adit.

Reference Source :
1. https://www.bps.go.id/id/statistics-table/3/U1doQlVFVlBkVmh3TjBkVFJFWldNa3hDVTNSelp6MDkjMw==/angka-partisipasi-murni-apm-dan-angka-partisipasi-kasar-apk-menurut-jenjang-pendidikan.html?year=2021
2. https://www.oecd.org/pisa/Combined_Executive_Summaries_PISA_2018.pdf
3. Why Choosing a President can Change a Nation By Donella Meadows
https://donellameadows.org/archives/why-choosing-a-president-can-change-a-nation/
4. Source : https://ti.or.id/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-2022-mengalami-penurunan-terburuk-sepanjang-sejarah-reformasi/
5. “Climate Change and the Future of Peace” oleh Jeffrey D. Sachs (2015):https://www.jeffsachs.org/

--

--

Eskalasi Rasa
Eskalasi Rasa

Written by Eskalasi Rasa

Memulai menulis, mengenang dan mengabadikan perjalanan waktu lewat kata dan rasa.

No responses yet