Tentang Bola: STY stay or out
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STY) menjadi trending topik dikalangan netizen pencinta sepak bola tanah air. Kontrak profesional beliau akan berakhir di bulan Juni 2024, pelatih yang sebelumnya melatih timnas korea selatan ini apakah akan tetap memipin (stay) atau perlu digantikan (out).
Eksplorasi mendalam pada beberapa faktor penting bisa kita mulai dengan melihat kondisi tim pada masa sebelumnya. Bagaimana prestasi tim, ranking, cara bermainnya dan apakah mereka lebih sering menang atau kalah?
Data terakhir yang coba saya kumpulkan, dari tahun 2000 hingga 2019 timnas dilatih sebanyak 11 orang berbeda. Mulai dari pelatih lokal Benny Dollo hingga pelatih asing Luis Milla, degan rata-rata lama melatih 1,2 tahun/periode kepelatihan. prestasi yang didapatkan Indonesia sebagai berikut: Juara AFF 2x (2000, 2002), Medali emas SEA games (2019). Bahkan Timnas Indonesia memperoleh ranking FIFA tertinggi di periode 2000an yaitu di tahun 20002 dengan peringkat 126. Data pertandingan selama selang waktu 2010–2019 memiliki persentase win rate sekitar 45%.
STY memulai melatih timnas pada september 2019 dengan kontrak pertama selama 4 tahun, dengan ketua umum PSSI saat itu Djoko Driyono sebagai Plt menggantikan Edy Rahmayadi. Mulai melatih dari peringkat FIFA 173 hingga peringkat terbaik sejauh ini 142 (+31). Beberapa pencapain STY saat memimpin timnas Indonesia sebagai berikut: Runner-up AFF (2020), Perunggu SEA games (2021), terbaru bisa membawa punggawa Timnas lolos Piala Asia 2023 lewat jalur kualifikasi bahkan bisa menuntaskan target PSSI lolos 16 babak knockout. Total pertandingan yang dipimpin STY sejumlah 43 match dengan win rate 48%. Hal paling menarik yang dilakukan oleh STY adalah berani membawa pemain muda dengan minim jam terbang ke level internasional, bahkan menjadi catatan pemain dengan rata-rata usia termuda di Piala Asia 2023.
Kembali ke pertanyaan utama, apakah STY harus dipertahankan atau diganti?
Memang keputusan terakhir ada di tangan federasi untuk memperpanjang kontrak atau tidak. Sebagai seseorang yang mencoba rasional, menilai dan pada akhirnya menentukan sikap, menurut saya untuk saat ini arah pengembangan Timnas dengan pemain muda dengan ditambah beberapa pemain keturunan sedang dalam masa adaptasi yang positif, secara garis besar seperti juga yang disampaikan legenda Indonesia Bambang Pamungkas di podcast Sport77, proses timnas Indonesia dibawah STY sedang berada di jalur yang benar, bukan hal yang baik jika mengganti pelatih ditengah perjalanan karena itu akan berpotensi menarik progress Timnas mulai dari 0 kembali.
Pandangan pribadi lainnya, salah satu alasan banyak pihak kontra terhadap STY kemungkinan terkait dengan Pengambilan pemain naturalisasi atau keturunan seperti para pemain Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Justin Hubner, Rafael Struick, dan Ivar Jenner ke Timnas. Banyak pandangan penganut paham lokal Indonesia, tanpa embel-embel naturalisasi cukup untuk menjadi pemain Timnas dan berjuang sebagai pahlawan lapangan atau yang kita kenal sebagai istilah #localpride. Padahal semua sama, memilik hak yang adil untuk berjuang di lapangan atas nama Garuda di dada, baik itu pemain naturalisasi, pemain keturunan, atau pemain lokal sekalipun.
Terlepas dari perdebatan, STY telah membawa perubahan positif bagi Timnas Indonesia. Prestasi, ranking, Win rate menunjukkan peningkatan. Bahkan dari gaya bermain menunjukkan peningkatan (bisa jadi bersifat subjektif). Apapun yang terjadi nantinya, semoga timnas Indonesia tetap bisa berprogress ke arah yang positif.